Perkuliahan tahun akademik 2017/2018 di Kampus Institut Teknologi Bandung di mulai pada hari Senin tanggal 21 Agustus 2017. Ini adalah adalah hari pertama saya masuk kuliah.
Saya adalah mahasiswa Magister Teknik Elektro opsi Layanan Teknologi Informasi STEI ITB. Alhamdulillah saya kuliah dengan Beasiswa Dalam Negeri S2 dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia. Saya menjadi satu-satunya PNS Pemda penerima beasiswa tersebut di ITB Tahun 2017. Teman-teman satu kelas Penerima beasiswa Kemenkominfo berasal dari BPS RI, LIPI, Kemennakertran, BPK RI, BPOM, Kementerian PU, Kemenperin dan BMG. Tidak hanya penerima beasiswa kemenkominfo yang satu kelas dengan saya, ada juga penerima beasiswa dari PLN, Batan, Kemenristek dan ada juga dari internal ITB sendiri.
Matakuliah
Manajemen layanan adalah salah satu matkul yang berkesan. Tugasnya hanya satu dan dikerjakan secara berkelompok sepanjang satu semester. Setiap minggu kelompok harus mempresentasikan progres tugas tersebut. Tugas ini banyak memakan pikiran, tenaga dan waktu. Masing-masing anggota kelompok mendapat bagian untuk dikerjakan dan kemudian dihimpun menjadi satu laporan. Di akhir semester, selain persentasi final, masing-masing anggota membuat sebuah makalah terkait topik tugas yang dibagi menjadi beberapa sub topik sesuai dengan jumlah anggota.
Matakuliah kedua adalah Sistem dan Manajemen TI. Matakuliah ini dari awal sampai akhir semester tugasnya hanya membahas tentang konsep Smart City. Sama halnya dengan matkul Manajemen Layanan, tugas matakuliah ini dikerjakan secara berkelompok namun tidak setiap minggu presentasinya. Beberapa kali presentasi dilakukan secara online / webinar. Audience yang diundang pada webinar tersebut biasanya dari pemerintah pusat seperti Kementerian dan Pemda seperti Walikota, Kepala dinas dan lain-lain. Ini adalah pengalaman tersendiri buat saya.
Suatu ketika ada acara khusus terkait dengan matkul ini, yaitu mengunjungi konsorsium APIC yang bertempat di ICE BSD Serpong. Kami berangkat jam 03.00 WIB dari depan kampus ITB. Shalat subuh di masjid yang ada di Rest Area KM. 87 arah Jakarta. Kami meneruskan perjalanan dari rest area menuju Jakarta. Tak terasa hari mulai siang, jalan tol pun mulai macet. Tidak ada rest area untuk berhenti sekedar untuk buang air kecil. Sata terpaksa harus menahannya. Kurang lebih dua jam bus yang kami tumpangi sampai di serpong dan langsung masuk rest area. Saya langsung bergegas mencari toilet. Ternyata bukan saya sendiri, teman-teman juga sudah mengantri di toilet.
Matakuliah ketiga adalah Matematika Lanjut. Ini adalah matakuliah yang cukup sulit buat saya. Terbukti dengan nilai akhir saya yang kurang baik. Namun dosen masih memberikan kesempatan untuk saya untuk memperbaiki nilai hingga menjadi nilai yang cukup. Lumayanlah daripada nilainya kurang dan harus mengulang.
Matakuliah ketiga adalah SOA. Tidak ada yang berani duduk di baris paling depan saat matakuliah ini. Teman-teman lebih memilih untuk duduk di baris belakang. Hampir setiap mahasiswa yang bertanya kepada dosen akan mendapat pertanyaan balik. “Welcome to the jungle" adalah frase yang sering dikatakan oleh dosen matkul ini. Beliau sering bertanya kepada mahasiswa tentang definisi dari suatu istilah yang mendasar seputar TI, sebagai contoh apa itu teknologi, apa itu GPS dan bagaimana cara kerjanya. Oleh Karena itulah mahasiswa lebih memilih duduk di baris belakang.
Tempat Belajar
Hari sabtu dan minggu adalah hari libur tidak ada kuliah. Kalau tidak pulang ke rumah, Saya mengisinya dengan pergi ke kampus sekadar untuk mendapatkan akses internet gratis. Saya mencari bahan-bahan untuk mengerjakan tugas kuliah di Internet. Koneksi internet yang lumayan bagus ada di Labtek V dekat tangga naik ke TU sebelah timur / pos satpam. Namun di sini tempat duduknya sering penuh.
Dulu, saat menunggu waktu masuk kelas, saya terlebih dahulu ke Perpustakaan pusat, sekedar untuk belajar. Sayangnya, Koneksi internet di perputakaan pusat kurang bagus. Namun cukup tenang sebagai tempat untuk belajar. Ruang Kelas menjadi opsi tempat belajar yang nyaman kalau sedang kosong atau tidak dipakai untuk tempat perkuliahan. Biasanya teman-teman mengerjakan tugas kelompok di sini.
Perpustakaan STEI di labtek V juga nyaman untuk dijadikan tempat belajar. Ada koleksi buku yang dapat dibaca, selain itu juga ada buku-buku tesis dari angkatan sebelumnya yang bisa dibaca dan dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam penulisan tesis.
Kostan
Kostan tempat tinggal saya selama kuliah di ITB adalah di jalan pelesiran di belakang Ciwalk. Ini adalah kostan yang pertama. Kostan ini sebenarnya cukup nyaman. Namun lama kelamaan jadi tidak nyaman karena bertambahnya penghuni yang sering berisik atau membuat kegaduhan di malam hari dan kadang sampai dini hari. Ini membuat saya kurang beristirahat karena tidur saya terganggu.
Kostan terdiri atas 2 lantai, saya tinggal di kamar yang berada di lantai bawah bersebelahan dengan teman kuliah di ITB. Di lantai bawah kami tidak sendirian, ada 2 kamar lainnya yang telah berpenghuni.
Tidur malam saya sudah mulai terganggu sejak adanya suara alarm dari kamar yang ada di pojok dalam yang dihuni oleh pasangan suami istri. Alarm berbunyi sejak jam 3 pagi dan tidak dimatikan sampai shubuh. Ini terjadi hampir setiap hari. Anehnya penghuni kamar itu sebenarnya sudah bangun. Namun alarm tidak di matikan. Akhirnya saya melaporkan hal ini kepada pemilik kostan. Dan laporan saya langaung ditindaklanjuti. Saya tidak lagi mendengar suara alarm.
Suatu hari penghuni kamar itu membuat satu kesalahan, yaitu melakukan kegiatan masak seblak bersama temannya dalam kosan. Asap seblak berhembus kemana-mana terutama di bagian atas kosatan. Ternyata di atas ada penghuni kamar yang memiliki masalah dengan pernapasan dan kompalin kepada pemilik kostan. Penghuni kostan itu akhirnya diminta keluar dari kostan oleh pemilik kostan.
Satu masalah sudah selesai. Datanglah penghuni baru yang terdiri dari beberapa orang. Inilah orang-orang yang membuat kostan tidak nyaman. Hampir setiap malam mereka membawa teman-temannya ke kostan dan berisik hingga larut malam kadang hingga dini hari. Akhirnya saya tidak tahan dan memutuskan pindah kostan.
Saya menyampaikan maksud saya pindah ke Ibu Kost pemilik kostan. Saya minta uang saya dikembalikan. Namun tidak bisa, saya sudah menduga sebelumnya. Ibu kost menawarkan saya untuk kost di kostan milik anaknya yang lokasinya di kebon bibit jaraknya sekitar beberapa ratus meter dari kostan yang akan saya tinggalkan. Dan saya tidak harus membayar uang tambahan pada ibu kost untuk pindah di kostan baru ini. Ini adalah win win solution buat saya. Ibu kost tidak perlu mengembalikan uang saya dan saya tidak perlu mencari sendiri kosan baru.