+62 81312542220

Detail Post Blog

Sang Petualang - Bagian II: Sebuah Petunjuk

Matahari baru saja terbit dari ufuk timur. Suara burung-burung berkicau saling bersahutan di tengah hutan menyambut datangnya pagi. Aku sudah  terbangun dari tidurku sebelum matahari terbit. Seperti biasanya aku keluar dari gubuk saat hari mulai terang. Pagi ini aku pergi ke sungai untuk menangkap ikan. Aku berjalan menelusuri jalan setapak menuju ke arah sungai. Di sapanjang jalan aku melihat pepohonan yang begitu rindang daunnya dan hijau menyejukkan mataku. Udara pagi begitu segar dan aku menghirupnya dalam-dalam. Aku melihat butiran -butiran embun yang masih menempel pada kelopak-kelopak daun dari tumbuhan kecil di pinggir jalan. Aku terus berjalan menyusuri jalan setapak ini. Dan aku sampai ditepi sungai. Air sungai begitu jernih aku dapat melihat ikan-ikan berenang di dalam air. Aku terjun ke dalam air dan berenang. Sesekali aku menyelam ke dalam air untuk menangkap ikan di sela-sela bebatuan. Dan aku juga sering mencari udang yang biasanya bersembunyi di bawah batu.

Aku sadah mendapatkan berapa ekor udang dan ikan yang berukuran sedang. Aku bermaksud untuk membakarnya di tepi sungai sambil menunggui pakaianku yang sedang aku dijemur di atas batu. Aku mencari ranting-ranting dan daun kering di bawah pohon-pohon yang tak jauh dari pinggiran sungai. Aku kumpulkan jadi satu pada satu tempat yang teduh dan nyaman. Aku mulai membersihkan ikan dan udangnya sebelum dibakar. Lalu aku bakar ranting dan daun kering itu menggunakan pemantik dari batu yang dapat memercikkan bunga api. Daun-daun kering telah terbakar dikuti ranting-ranting dan sedikit demi sedikit mulai membara, aku mulai membakar ikan dan udangnya di atas bara api itu.

Setelah selesai makan dan merasa sudah cukup, aku duduk bersandar di bawah sebuah pohon besar di tepi sungai untuk beristirahat sejenak. Entah aku dalam keadaan masih sadar atau tidak, tetapi rasanya aku seperti sedang tidak bermimpi. Aku berdiri dari tempatku duduk bersandar dan berjalan. Aku merasa ada yang membimbingku untuk berjalan.

"Hei anak muda berjalan ke arah selatan, ikuti jalan setapak ini" aku mendengar ada suara entah dari mana datangnya. Kakiku melangkah menyusuri jalan ini.

 Aku hafal dengan jalan ini. Ini adalah jalan menuju ke sebuah bukit di sisi gunung sebelah selatan. Aku sudah pernah kesana sebelumnya untuk mencari buah atau hewan buruan yang ada disekitar bukut itu. Jaraknya lumayan jauh, aku harus jalan menembus hutan di lereng gunung ini menuju ke bawah dan berjalan terus menuju bukit. Setelah sekian lama aku berjalan, sampailah aku di bawah bukit itu. Lalu aku mendengar kembali suara itu.

"Berhentilah di sini anak muda, lihat kearah kumpulan batu di depanmu, ada satu batu besar yang menempel langsung dengan dinding bukit "

Tepat didepanku adalah kaki bukit,  aku lihat ada kumpulan batu-batu besar di sana. Dan ada satu batu besar yang bersandar pada dinding bukit.

"Gambarlah sebuah bintang lima dengan ujung jarimu pada batu itu, maka pintu gua akan terbuka."

Setelah aku selesai menggambar sebuah bintang lima, aku melihat batu itu bergeser sendiri. Dan sedikit demi sedikit  telihat mulut gua. Dibalik batu itu ternyata ada sebuah gua. Aku tidak menyangka kalau di kaki bukit itu ada sebuah goa.

Saat aku hendak melangkah masuk ke dalam gua itu. Aku merasa aneh, kepalaku mendadak menjadi pusing, penglihatanku tiba-tiba kabur dan gelap dan tidak dapat melihat apapun lagi dan aku jatuh pingsan.

Aku kembali tersadar ternyata aku masih berada di bawah pohon tempat aku bersandar di tepi sungai. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Apakah aku baru saja bermimpi, dan suara siapakah yang aku dengar saat itu.

Aku sejenak berpikir apa yang sebenarnya terjadi. Rasa penasaran muncul dalam benakku, apakah arti dari kejadian itu. Apakah itu sebuah petunjuk Atau hanya sekedar bunga tidur biasa atau ilusi. Aku bangkit dari tempatku bersandar. Aku memutuskan untuk membuktikan petunjuk itu benar atau tidak.

Aku mengikuti petunjuk itu. Semapainya dikaki bukit dan mendekati batu itu. Dan aku gambarkan sebuah bintang lima dengan jariku. Batu itu bergeser dan aku lihat mulut gua. Kakiku melangkah masuk dalam gua itu. Semula lorong gua ini begitu gelap, namun berangsur-angsur menjadi agak terang. Beberapa batu di atas langit-langit gua bersinar sepanjang lorong gua. Itu adalah batu-batu kristal yang dapat memancarkan cahaya yang tidak terlalu terang. Aku melihat kerlap-kerlip batu yang banyak menghiasi dinding gua. Aku terus menyusuri lorong hingga sampai di ujung gua ini. Tampak tekstur dinding yang rata dan berbentu seperti pintu yang tertutup. Di dinding itu terukir relief lambang bintang 5. Dan ada cekungan di tengah ukiran bintang itu yang bentuk telapak tangan kanan manusia. Pada cekungan itu ada lubang berbentuk kotak kecil.

Aku bermaksud meletakkan tanganku dalam cekungan itu. Sebelum tanganku menyentuh cekungan itu. Aku merasakan sesuatu keluar dari telapak tanganku. Tenyata benda itu adalah sebuah kotak biru  yang pernah masuk dalam tubuhku. Benda itu keluar dari tanganku namun sebagian tetap tertanam dalam tanganku dan hanya sebagian lagi keluar. Aku letakakan tanganku dalam cekungan itu. Posisi kotak yang muncul di telapak tanganku itu sama persis dengan posisi lubang kotak dalam cekungan itu, bahkan ukurannya pun sama. Tanganku ini seperti kunci untuk membuka pintu ini. Aku dapat merasakan energi yang mengalir ditanganku.

Dinding gua bergetar dan terdengar suara bergemuruh, aku bergegas menarik tanganku dan mundur beberapa langkah. Dinding gua terbelah menjadi 2 bagian secara vertikal dan masing-masing bergeser ke kanan dan ke kiri. Pintu kedua gua ini telah terbuka, tampak dalam sana tangga menurun, aku bergegas masuk dan menuruni tangga itu. Tangga itu menurun dengan bentuk spiral. Aku melihat cahaya terang di bawah sana. Aku terus berjalan hingga sampai dasar. Sampailah aku di sebuah ruanganyang diterangi oleh bola-bola kristal yang bercahaya. Ruangan itu nemiliki enam dinding tiap sisi dinding memiliki pintu, salah satu pintu adalah pintu saya masuk ke dalam ruang setelah menuruni anak tangga. Sementara lima pintu lainnya adalah pintu yang tetutup pusaran asap bercahaya yang sama seperti benda yang berbentuk lingkaran yang telah menyedot kakek dulu. Pusaran asap bercahaya pada pintu-pintu itu memiliki warna yang berbeda-beda. Mulai dari kanan, pintu pertama pusaran asap berwarna merah, pintu kedua berwana hijau, pintu ketiga berwarna kuning. Pintu keempat berwana putih, dan pintu kelima berwana jingga. Masing-masing pintu memiliki ornamen bintang diatasnya pintu pertama memiliki ornamen bintang lima dan seterusnya sampai pintu kelima dengan ornamen bintang sembilan. Ditengah ruangan ada sebuah prasasti besar bertulisan.

" Selamat datang di Gua Pintu Panca Warna, gua ini memiliki 5 pintu menuju dunia lain. Barang siapa yang berhasil masuk ke dalam ruangan ini. Dia adalah orang yang ditunjuk sebagai Sang Petualang. Sang Petualang dapat masuk ke dalam lima pintu itu untuk menyelesaikan misi-misinya. Setiap kali misi diselasaikan sang petualang akan kembali ke ruangan ini. Sang petualang dapat membawa apapun yang ada diruangan ini sebagai bekal dalam menyelesaikan misi, seperti senjata, obat, uang dan lain-lain. Untuk melihat misi, status dan info lainnya, ucapkanlah TAMPILKAN LAYAR dan lihatlah telapak tanganmu, maka sebuah layar akan muncul"


Baca cerita sebelumnya
Sang Petualang - Bagian III : Misi Pertama

Baca cerita selanjutnya:
Sang Petualang - Bagian III : Misi Pertama (1)
Sang Petualang - Bagian III : Misi Pertama (2)


Karnawan


Sharing Fantasi, pemikiran, pengetahuan dan pengalaman